Tampilkan postingan dengan label Bercerita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bercerita. Tampilkan semua postingan

Kamis, 13 Agustus 2015

Selesai.

Lembar demi lembar ku buka. Buku kecil usang itu penuh dengan coretan kisah masa remajaku, lebih tepatnya masa SMA. Guratan pena melontarkan huruf demi huruf membentuk kata dan berpadu merangkai kalimat. Bercerita tentang bagaimana dulunya aku berambisi menjadi yang terbaik di seantero kelas, tentang bagaimana rasa kecewa kala terdepak dari ekstrakulikuler bergengsi hanya karena aku bukan "dia" yang populer. Pun bagaimana aku memutuskan keluar dari organisasi hanya karena sesuatu yang cukup sepele, dan berkali - kali menjadi acuanku hingga akhirnya aku berhasil menebus kesalahan itu, dengan  menjadi ketua departemen sebuah organisasi di kampus. Dan semua program kerjaku berjalan lancar.

Namun sama seperti gadis lainnya, masa remajaku tak luput dari sesuatu yang bernama cinta. Aku merasakan rasa suka dan kagum berkali - kali, dan berhenti di satu titik, satu huruf berawalan D, bahkan hingga kini aku masih mencintainya. Teman sekelasku di masa SMA pula, yang sibuk menatap papan tulis dan mencatat. Membuka buku, dan belajar. Kau tidak lebih dari akademis, namun juga aktivis. Di sela - sela padatnya waktu belajar, kesibukanmu menjadi pengurus di organisasi berkelas, dan atletis di ekstrakulikuler, tidak menyurutkan sinarmu. Prestasimu tetap gemilang. Tak heran saat prom night, kamu berdiri gagah dengan suitan jas dan setangkai mawar putih dalam genggaman, kamu berdiri gagah dan bangga sebagai murid teladan. Kamu selalu menjadi bintang, di hati guru - guru, teman - temanmu, tanpa terkecuali aku.

Aku yang tak pernah kau sapa ataupun kau ajak berdiskusi. Yang hanya melengos pergi saat aku meminta bantuan. Yang tetap menatap kosong saat aku menginjak 17 tahun, dan teman -  teman disebelahmu bergantian menjabat tangan, memberi ucapan selamat. Kamu, sekedar menolehpun tidak. Yang membantuku mengerjakan soal saat menuju ujian, namun tidak membalas saat aku berterimakasih. Yang tetap melenggang pergi tanpa bertukar senyum saat berpapasan. Ah, aku tahu. Perlakuan dinginmu tak lebih karena ejekan kala kita mengerjakan proyek itu. Dan sejak itu, kita tak lagi bertukar sapa.

Seiring berjalan waktu sikapmu kembali hangat hingga hari kelulusan tiba. Hari yang aku tahu, hanya akan ada beberapa kesempatan untuk dapat berjumpa denganmu kembali. Beberapa, bahkan mungkin tidak. Karena kita terlalu sibuk dengan perjalanan hidup menuju masa depan, demi senyum orang tua yang terukir saat kita akhirnya memakai toga dengan bangga. Kembali berdiri tegak dengan gelar sarjana teknik kita. Dan hingga saat itu, aku masih saja mencintaimu. Masih saja mencintaimu, meski tidak satupun aku bertukar kabar denganmu.

Aku tersenyum, kembali memfokuskan dengan lembaran diary yang ku temukan di rumah lamaku. Aku baru kembali sebulan yang lalu dari pekerjaan proyekku di Sweden. Kembali pulang untuk sesuatu yang penting. Mengistirahatkan otot yang terlalu lama bekerja, mata yang terlalu lama berkutat pada layar, menelisik satu demi satu gambar pipa, berpindah dari apartemen menuju lokasi proyek. Setiap hari begitu.
Kembali pulang ke kota kelahiran. Ke pangkuan Ayah dan Ibu yang usianya semakin senja, namun jiwanya tetap hangat nan kokoh demi anak - anaknya. Bersendau gurau dengan adik yang beranjak dewasa. Ah, sudah lama sekali rasanya…

Aku menyesap secangkir teh hangat yang ibu sediakan pagi ini. Teh kesukaanku. Kemudian kembali mematut diri di depan cermin dan menghela nafas. Jantungku berdegup hebat. Diary cokelat usang masih dalam genggamanku, masih membuka lembarannya yang kian menguning. Hingga jatuh di halaman terakhir. Kosong. Dan ku tutup segera ketika ku dengar seseorang mengetuk pintu kamar.

"Andis, bergegaslah! Kau tidak ingin pengantin pria menunggu kan?" suara lantang Kayla, adikku, menerobos pintu kamar dan menusuk gendang telingaku seketika. Kemudian, ia membuka pintu.
"Sabarlah, beberapa menit takkan masalah baginya. Lagipula, masa menunggu kami sempurna selesai. Tidak akan ada lagi setelahnya. Hmm, kurasa 10 tahun bukan waktu yang cukup lama, ya? "

Ya, pagi ini pernikahanku dengan Damar, dan aku tidak pernah merasa sebahagia kali ini. Kurasa aku tahu apa yang akan ku tulis di lembar kosong terakhir di diary usangku. Love, D.



Kamis, 30 April 2015

Rinduku Pulang

POV 1

Bulir hujan merayap pelan membasahi permukaan kaca jendela. Aku melepaskan kacamata, menyeka kedua  mataku. Lelah. Pikiranku menguar, mataku menjamah tiap petak petak hamparan sawah dibalik suara hujan yang kian menderu.
"Ada yang perlu diselesaikan" batinku. Jemariku sibuk menari diatas layar ponsel,
merangkai huruf demi huruf, membentuk kata, dan akhirnya memoriku jatuh dalam satu sosok yang seharusnya kini ku lupakan.
Karena jauh di kampus selatan sana, rinduku akan pulang.

Senin, 16 Maret 2015

Dua Keping Kisah Lama #2

Sabtu, 29 September 2012

Tujuh bulan berlalu.. Tali pertemananku dengan Helen yang dulu sempat terputus, kembali ku ikat, benar benar erat. Perlahan tapi pasti, kami saling berbagi, sebagai sahabat. Helen sendiri yang memintaku begitu, sama halnya yang ia lakukan dengan si Mumun yang ada di dunia maya. Kini, ia dan Mumun tak lebih dari kata kakak dan adik. Begitu akrab. Ia ingin aku begitu, ia bisa mengandalkanku dikala ia butuh, begitu juga denganku. Paling tidak ia tak terlihat seperti mengharapkanku. Lagipula, selama ini aku tidak menyesal bersahabat dengannya, sungguh. Helen sangat menyenangkan.

Pagi ini begitu cerah, namun mulutku masih menguap lebar. Semalam pukul 11.30, aku menyelinap keluar rumah dan pergi ke rumah Asya, sendirian tanpa Helen. Karena rumah Helen terlalu jauh, dan ini tengah malam. Hanya dukungan dan doa yang ia berikan untukku. Ya, tepat 29 September, Asya berulang tahun ke 16 tahun dan kabar baiknya ia sedang tidak di Semarang. Semalam, blackforest yang sengaja kupesan di toko roti “Strawberry” ku berikan padanya. Tulisan “Happy Birthday Asya Andrian” dari cream menghiasi permukaan blackforest yang begituuuu lezat. Beruntunglah, aku tak perlu bertemu orang tuanya dulu untuk bertemu Asya. Dia sendiri yang membuka pintu. Ia terlihat begitu berbeda, meskipun masih memakai piyama bercorak kartun Snoopy, ia masih tetap cantik. Ah, Asya tak pernah sedetikpun terlihat tak cantik. Rambutnya yang dulu pendek sebahu kini panjang melebihi rambut Helen. Wajahnya memancarkan sinar kedewasaan. Matanya semakin berkilau. Ia bahagia, sekaligus kaget. Karena aku tak memberitahu kedatanganku sebelumnya, tentu saja karena ini semua ide Helen demi kejutan untuknya.

Dua Keping Kisah Lama #1

Note; cerpan ini dibuat pas kelas 10, pas jaman alay alaynya. Overall, ceritanya panjang banget dan boring. Ga ada gregetnya di alurnya, ya whatever jaman kelas 10 masih labil labilnya haha. Beberapa plot disini gabungan dari pengalaman nyata, makanya absurd.


“Kepingan Alan”

Senin, 30 Januari 2012 “Namanya Asya. Dia cantik, rambutnya panjang, keturunan setengah Jawa dan setengah Cina dan tentunya dia muslim. Aku mencintainya, sungguh. Tiga tahun yang lalu, aku mengungkapkan semua yang ku rasakan. Betapa aku menyayanginya. Dan dengan senyum yang teramat manis, ia menjawab ‘ya’. Singkat, tapi cukup untuk meledakkan hatiku. Sejak itu, kami berpacaran, lamanya dua tahun. Saat kami melanjutkan sekolah ke jenjang SMA, kami berpisah, ia berusaha menggapai cita citanya dengan bersekolah di SMK Farmasi, Semarang. Dan karena itu, kami harus mengakhiri kisah yang telah kami ukir bersama, pacaran jarak jauh pantang bagi kami. Tetapi meskipun begitu, aku tetap mencintainya.”

 Suitan terdengar membahana di kedua indra pendengarku, muka sumringah di tatapanku terlukis jelas. Semuanya kini menyorakiku. Kulangkahkan kakiku menuju bangku di temani sorakan tiada henti. Bahkan guruku Bahasa Indonesiaku, Bu Dwi, hanya nyengir kuda saat aku sibuk menghayati setiap ucapanku tadi. Ya, hari ini, Bu Dwi memberi tugas dadakan untuk menceritakan masa lalu, didepan kelas. Andre, teman sebangkuku, menceritakan bagaimana ia mempertaruhkan nyawa untuk mempertahankan seluruh koleksi komik Jepangnya dari ibunya sendiri, dan pada akhirnya ibunya menyita seluruh komik yang jumlahnya tiga kardus! Vanesa, betapa ia menyayangi ibunya. Kami semua terlarut dalam kesedihan yang ia rasakan empat tahun lalu, saat ibunya mengalami kecelakan yang hampir menyebabkan kakinya patah.

Sweet of Jingga, Rinai, Annora

Namaku Jingga. Dalam rindu yang tersemat manis dibalik satu senja, ku ceritakan kisah manis tentang aku dan rekahan kelopak hatiku yang mencercah sinar mentari, di sebuah sudut kota.

Namaku Rinai. Dalam secangkir cappucino yang di sajikan di sudut café dibalik semburat jingga, ku lantunkan nyanyian elegi tentang aku dan petikan harmoni hatiku yang merindu satu nada, di sebuah sudut kota.

Namaku Annora. Dalam belati yang menyayat merah  di balik temaram cahaya, ku goreskan lukisan abstrak tentang aku dan kanvas hatiku yang melangkah gontai, di sebuah sudut kota.


Ini kami dan secarik siluet kisah, tentang sakit hati.


PS :
Sedikit cuplikan tentang Kisah Jingga, Rinai, dan Annora. Doakan penulisnya istiqomah di sela sela kesibukannya. Well, kali ini, sakit hati begitu menginspirasi <3 p="">

Sabtu, 03 Januari 2015

Entah

Aku tak tahu ini apa
Kamu, yang memintalku kelegaan saat aku melantunkan elegi
Kamu, yang memaksaku merangkai skenario canda tawa dalam imajinasi saat aku disesap kelabu
Kamu, dan matamu, dan kanvas itu yang mengulas senyuman dibawah kendali cerebrumku
Kamu, yang mengajariku untuk melawan takut akan ketinggian
Kamu, yang mengajariku mengembalikan semangat menulisku
Kamu, yang memaksaku melukis pelangi bahkan saat aku tak tahu warna apa yang kan ku ambil
Kamu, yang ku tahu, selalu bentangkan sayapku


Karena kamu, tokoh utama metropopku.


Jumat, 22 November 2013

Sorry?

Pernah dijauhin sama seseorang yang nggak pernah kamu duga sebelumnya?
Pernah dijauhin gara gara kamu nggak salah apa apa?
Pernah dijauhin yang bikin geli plus risih, dan ujung ujungnya sering kepikiran?
Dijauhin, enak nggak sih?
Emang kamu bener bener salah segitunya yah?
Eh emang salah kamu apasih?
Yakin nih yang salah emang kamu?
Atau yang salah sebenernya temen kamu?
Kok kamu yang dijauhin
Dia kan temenmu, kan kamu juga masih butuh dia. Kalau dijauhin gini, nggak nyaman banget kan?

Well, ever feel invisible? Haha, gue lagi ngalamin ini.



Kamis, 20 September 2012

Ruang Kelas X4




16 meja usang penuh coretan tak bermakna mendominasi kelas kecil disamping kantin kejujuran dan lemari penuh piala kebanggan SMAN 1 Tegal. 2 buah kursi yang dipadukan dengan satu meja ikut meramaikan isi kelas.
Atap putih bercorak persegi panjang menggantung, melindungi 32 generasi penerus masa depan.
1 buah benda berbentuk balok berwarna hitam putih turut menggantung di atap.
Kalender, pigura berisikan visi misi dan kartu inventaris kelas ruangan menghiasi dinding bercat kuning kusam di sisi timur.
Peta berabstrak 5 pulau besar, dan 3 foto pejuang bersejarah menghiasi dinding di sebelah utara.
Benda putih lebar yang setiap hari ditorehkan berbagai macam ilmu menghiasi dinding di sebelah selatan. Disampingnya, papan data administrasi kelas yang terisi nama penghuni ruangan tahun lalu ikut terpampang beserta lemari kecil berisi mushaf Alqur'an yang dibaca setiap jum'at sabtu.
Kipas angin dengan pengharum yang menyengat terpampang diatas papan data administrasi kelas.
Satu meja megah dan kursi empuk terletak di pojok kanan selatan kelas, yang setiap hari diduduki guru - guru setelah mengajar sekedar melepas peluh tiap tetesan keringat.
Satu kertas lusuh bergambar KEBO SUMRINGAH menghiasi dinding diatas meja guru.
10 tirai hijau tua yang tak pernah dibersihkan teruntai bersama tralis unik yang menghiasi jendela.
6 lampu yang menempel bagaikan magnet diatas menyinari keredupan kelas.
Lingkaran putih berjarum tiga berdetak tanpa lelah setiap detik menghiasi dinding di bagian selatan, bersama dua foto pemimpin negara dan burung garuda yang selalu menoleh ke arah kanan.
Inilah kelas X4, satu dari puluhan kelas yang saling berlomba menggapai sejuta bintang :)

By : Aufa Syarifatun Nisa
Was written : October, 2011
For Indonesian's task.

Minggu, 16 Oktober 2011

Today Was a Fairy Tale - cerpen


“Vania! Tambah powernya! Suaramu tak terdengar!”
“Bulat, Vania! Jangan malu malu buat buka mulut!”
“Astaga Vania, kau lupa lagi koreografi yang baru Kakak ajar kemarin?”

Bulat, power, koreografi menggerayangi pikiranku malam ini. Ceramah panjang nan lebar tadi sore masih terngiang jelas di indra pendengarku ini. Ya, lusa sekolahku akan mengikuti lomba Paduan Suara tingkat Kota, dan aku masih saja bergelayut dengan berbagai kesalahan. Sungguh, aku pasrah! Tak kuasa menahan rasa kecewa dan malu, didepan Kakak kakak pembina, anak anak padus apalagi didepan Fandi, orang yang kusuka akhir akhir ini, tak tau lagi dimana harus kuletakkan muka ‘upik-abu’ ini.
Ku jatuhkan diriku di hamparan rumput hijau nan luas dekat rumahku. Langit tampak kelam, tak terlihat setitikpun bintang, mungkin tak lama lagi hujan akan turun. Biarlah. Aku ingin meluapkan segala curahanku ditemani semilir angin malam.
1 menit..
5 menit…
Aku masih terpaku dengan pandangan mengarah kelamnya malam bak permadani hitam. Memutar memori flashback berbagai kejadian yang ku alami hari ini.

Andre menghilangkan penghapus kesayanganku. Nadya hampir menjatuhkan Ipod Apple-ku. Sartika mendapat nilai perfecto di test matematikanya, berbeda sekali denganku yang mendapatkan nilai kursi terbalik. Fandi yang cuek sama sekali tak menyapaku apalagi mengajakku ngobrol, padahal itu yang sering kutunggu setiap hari, dan berbagai macam kejadian sampai yang paling menyebalkan “Vania, si upik abu yang terpilih mengikuti lomba Paduan Suara tetapi tak pernah sekalipun berhasil menyanyi”.
Hari ini menyebalkan, memang! Tetapi tidak lagi setelah seseorang berteriak hingga membuyarkan lamunanku.
“Vania!”
Refleks aku bangun dan berdiri mencari sosok si pemilik suara tersebut.
Kuputar tubuhku dan sosok mengenakan kaos putih, berlapiskan jaket coklat, celana jeans hitam dan kacamata minus khasnya berlari tergesa gesa menghampiriku.
Astaga! Hatiku berdebar seraya deburan laut yang menghempas karang. Jantungku jumpalitan, berdetak lebih cepat dari biasanya. Mataku mengerjap membelalak tak menyangka. Mulutku kelu kala ia berhenti tepat dihadapanku dan menatapku! Dan ia tersenyum, maniiiiiis sekali, melebihi se-ton gula yang di tumpahkan di adonan kue.
“Vania, astagaaa.. apa yang kamu lakukan disini? Kau sendirian!”
“Fa-fa-fandi… apa yang kau lakukan disini?”
“Kau malah balik bertanya, aku kesini mencarimu, entahlah tiba tiba aku khawatir denganmu” kata Fandi yang membuat pipiku tak lebih dari kepiting rebus.
“Ta-tapi bagaimana kau tau aku ada disini?”
“Vania, aku tau kau kecewa karena penilaian kakak pembina tadi, dan aku tau kau pasti akan meluapkan semuanya disini”
Ku mainkan ujung syalku. Speechless!
Seorang FANDI? Yang cuek? Tak pernah sedetikpun mengajakku berbicara kalau itu bukan topik yang penting? Tiba tiba datang dihadapanku dan seolah olah mengetahui semua isi hatiku layaknya peramal? Dan yang paling mengejutkan, ia khawatir dengan AKU?!
Angin apa yang membawanya ia kemari.
“Masih berapa lama lagi kau akan terus disini?” tanya Fandi mencairkan suasana, dan mengajakku duduk
“Aku tak tau”
“Sebentar lagi hujan turun, lebih baik kau pulang daripada kau kehujanan dan jatuh sakit, mau kuantar?”
“Tidak, aku masih ingin disini”
“Ceritakanlah padaku, semua yang kau rasa, siapa tau aku bisa membantu”
“Aku kecewa, Fandi! Aku tidak bisa memberikan yang terbaik, meski aku telah berusaha. Aku tidak bisa sebagus teman teman, bahkan aku tidak lihai dalam koreografinya. Tetapi mengapa kakak pembina memilihku? Se-sepertinya aku memang harus mundur, dan digantikan oleh Lea yang bertalenta lebih baik!”
“Vania, aku tau itu. Dan kau bukannya tidak bisa, yang kuperhatikan selama ini, kau kurang percaya diri untuk menunjukkan talentamu dengan maksimal, kau pasti bisa sebagus mereka, bahkan lebih! Teruslah berusaha, tak ada yang tak mungkin bagi orang yang mau berusaha! Kau ditunjuk kakak pembina, sama sepertiku, itu berarti kita dipercaya untuk memegang amanah besar, kita dinilai mampu untuk tampil di lomba padus. Kau hanya butuh semangat dan usaha! Ayooo semangat Vaniaa!”
“Thanks a lot Fandi. You make me stronger”
“Never mind, that’s what friends are for”
“Kamu Fandi kan? Nggak biasanya ngajak bicara gini, apalagi mau dengerin cuapcuap aku, hehee tumben”
“Iyalah, aku Fandi. Aku kasihan aja sama kamu, aku tau kok kamu udah berusaha. Masih susah di bagian koreografinya ya?”
“Iya, fan”
“Aku ajarin deh sekarang, tapi rintik hujan udah mulai kerasa, bener nggak?”
“Gak peduli hujan, semangatku lagi berkobar! Ayo ajari aku Fandi!”
“Bravooo, baiklah ikuti gerakanku!”

Dan aku menari mengikutinya seiring irama hujan yang semakin lebat, langit yang semakin kelam, dan daun daun yang berterbangan menerpaku dan Fandi karena hembusan kencang angin yang tak henti.
Tetapi, bersamanya, semua hal menjadi indah. Bunga bunga bertaburan dan kupu kupu saling mengejar cinta. Gelak tawa dan senyum manisnya terekam jelas di memoriku.
Ia membantuku menggapai secercah impian di kala aku tak bisa mewujudkannya sendirian. Ialah bintang yang mengisi hatiku dan berkilau ditengah redupnya perasaanku.
Menari dibawah hujan, tertawa bersama, menyanyikan lagu adalah hal yang tak pernah bisa ku lupakan dan selalu kuputar setiap waktu tidur tiba.
Meski aku ingin selalu bersamanya setiap waktu. Tapi aku berterimakasih dengan adanya hari ini, dan aku takkan lagi mengeluh tentang nasib buruk dihidupku!
Terimakasih Fandi, telah mewujudkan serpihan keinginanku. Hari ini seperti dongeng.

***

Jumat, 14 Oktober 2011

The Story Of Us - Part 4

"Never let the fear striking out keep you from playing the game."
Thanks for "A Cinderella Story" movie, you give me some inspiration of this part. Hillary Duff and Chad Michael Murray (Sam & Austin) just like Alison and Stephen :)


"Alison, kau cantik malam ini"
"Hmmm"
"Alison?"
"Ya"
"Kau diam saja sedari tadi. Kenapa? Apa aku mengganggumu sebenarnya?"
"Tidak! Aku hanya.. Hanya…"
"Sudahlah, maafkan pertanyaanku tadi. Kau pasti kedinginan kan? Mau kupakaikan jasku?"
"Umm, tak perlu! Aku hanya.. Tak tau apa yang harus ku bicarakan"
"Alison.. Alison.. Kau tak perlu seperti itu, santai saja"
"Hidup tak adil"
"Atas dasar apa kau berbicara seperti itu? Politis sekali kata katamu"
"Haha, entahlah. Kau tau namaku, sedangkan aku tidak. Boleh ku tau namamu?"
"Panggil saja aku Stephen, Alison cantik"
"Hey Stephen, itu kan lagu Taylor Swift"
"Aku tau itu, Swifty"
"Kau juga fans Taylor?"
"Tidak juga"
"Lalu darimana kau tau?"
"Kau tak perlu tau"
"Sudahlah, kemana kita akan pergi? Sedari tadi kita hanya berjalan sepanjang koridor?"
"Kau kelelahan, Alison?"
"Tidak juga"
"Simpan saja tenagamu itu, aku tak ingin kau lelah malam ini"

Namanya Stephen, dan ia masih menggenggam tanganku.

Minggu, 11 September 2011

Surat dari anak yang di aborsi

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarrakatuh

Teruntuk Bundaku tersayang...

Dear Bunda...

Bagaimana kabar bunda hari ini? Smoga bunda baik-baik saja...nanda juga di sini baik-baik saja bunda... Allah sayang banget deh sama nanda. Allah juga yang menyuruh nanda menulis surat ini untuk bunda, sebagai bukti cinta nanda sama bunda....

Bunda, ingin sekali nanda menyapa perempuan yang telah merelakan rahimnya untuk nanda diami walaupun hanya sesaat...

Bunda, sebenarnya nanda ingin lebih lama nebeng di rahim bunda, ruang yang kata Allah paling kokoh dan paling aman di dunia ini, tapi rupanya bunda tidak menginginkan kehadiran nanda, jadi sebagai anak yang baik, nanda pun rela menukarkan kehidupan nanda demi kebahagiaan bunda. Walaupun dulu, waktu bunda meluruhkan nanda, sakit banget bunda....badan nanda rasanya seperti tercabik-cabik... dan keluar sebagai gumpalan darah yang menjijikan apalagi hati nanda, nyeri, merasa seperti aib yang tidak dihargai dan tidak diinginkan.

Tapi nanda tidak kecewa kok bunda... karena dengan begitu, bunda telah mengantarkan nanda untuk bertemu dan dijaga oleh Allah bahkan nanda dirawat dengan penuh kasih sayang di dalam syurga Nya.

Bunda, nanda mau cerita, dulu nanda pernah menangis dan bertanya kepada Allah, mengapa bunda meluruhkan nanda saat nanda masih berupa wujud yang belum sempurna dan membiarkan nanda sendirian di sini? Apa bunda tidak sayang sama nanda? Bunda tidak ingin mencium nanda? Atau jangan-jangan karena nanti nanda rewel dan suka mengompol sembarangan? Lalu Allah bilang, bunda kamu malu sayang... kenapa bunda malu? karena dia takut kamu dilahirkan sebagai anak haram... anak haram itu apa ya Allah? Anak haram itu anak yang dilahirkan tanpa ayah... Nanda bingung dan bertanya lagi sama Allah, ya Allah, bukannya setiap anak itu pasti punya ayah dan ibu? Kecuali nabi Adam dan Isa? Allah yang Maha Tahu menjawab bahwa bunda dan ayah memproses nanda bukan dalam ikatan pernikahan yang syah dan Allah Ridhoi. Nanda semakin bingung dan akhirnya nanda putuskan untuk diam.

Bunda, nanda malu terus-terusan nanya sama Allah, walaupun Dia selalu menjawab semua pertanyaan nanda tapi nanda mau nanyanya sama bunda aja, pernikahan itu apa sih? Kenapa bunda tidak menikah saja dengan ayah? Kenapa bunda membuat nanda jadi anak haram dan mengapa bunda mengusir nanda dari rahim bunda dan tidak memberi kesempatan nanda hidup di dunia dan berbakti kepada bunda? Hehe,,,maaf ya bunda, nanda bawel banget... nanti saja, nanda tanyakan bunda kalau kita ketemu

Oh ya Bunda, suatu hari malaikat pernah mengajak jalan-jalan nanda ke tempat yang katanya bernama neraka. Tempat itu sangat menyeramkan dan sangat jauh berbeda dengan tempat tinggal nanda di syurga. Di situ banyak orang yang dibakar pake api lho bunda...minumnya juga pake nanah dan makannya buah-buahan aneh, banyak durinya...yang paling parah, ada perempuan yang ditusuk dan dibakar kaya sate gitu, serem banget deh bunda.

Lagi ngeri-ngerinya, tiba-tiba malaikat bilang sama nanda, Nak, kalau bunda dan ayahmu tidak bertaubat kelak di situlah tempatnya...di situlah orang yang berzina akan tinggal dan disiksa selamanya. Seketika itu nanda menangis dan berteriak-teriak memohon agar bunda dan ayah jangan dimasukkan ke situ.... nanda sayang bunda... nanda kangen dan ingin bertemu bunda... nanda ingin merasakan lembutnya belaian tangan bunda dan nanda ingin kita tinggal bersama di syurga... nanda takut, bunda dan ayah kesakitan seperti orang-orang itu...

Lalu, dengan lembut malaikat berkata... nak,kata Allah kalau kamu sayang, mau bertemu dan ingin ayah bundamu tinggal di syurga bersamamu, tulislah surat untuk mereka... sampaikan berita baik bahwa kamu tinggal di syurga dan ingin mereka ikut, ajaklah mereka bertaubat dan sampaikan juga kabar buruk, bahwa jika mereka tidak bertaubat mereka akan disiksa di neraka seperti orang-orang itu.

Saat mendengar itu, segera saja nanda menulis surat ini untuk bunda, menurut nanda Allah itu baik banget bunda.... Allah akan memaafkan semua kesalahan makhluk Nya asal mereka mau bertaubat nasuha... bunda taubat ya? Ajak ayah juga, nanti biar kita bisa kumpul bareng di sini... nanti nanda jemput bunda dan ayah di padang Mahsyar deh... nanda janji mau bawain minuman dan payung buat ayah dan bunda, soalnya kata Allah di sana panas banget bunda... antriannya juga panjang, semua orang sejak jaman nabi Adam kumpul disitu... tapi bunda jangan khawatir, Allah janji, walaupun rame kalo bunda dan ayah benar-benar bertaubat dan jadi orang yang baik, pasti nanda bisa ketemu kalian.

Bunda, kasih kesempatan buat nanda ya.... biar nanda bisa merasakan nikmatnya bertemu dan berbakti kepada orang tua, nanda juga mohon banget sama bunda...jangan sampai adik-adik nanda mengalami nasib yang sama dengan nanda, biarlah nanda saja yang merasakan sakitnya ketersia-siaan itu. Tolong ya bunda, kasih adik-adik kesempatan untuk hidup di dunia menemani dan merawat bunda saat bunda tua kelak.

Sudah dulu ya bunda... nanda mau main-main dulu di syurga.... nanda tunggu kedatangan ayah dan bunda di sini... nanda sayang banget sama bunda....muach!
--------------------------
--------------------
STOP PACARAN and SEX BFORE MARRIED...
AVOID to ABORTION...!!!

Senin, 09 Mei 2011

Lukisan Putih di Hatiku - Karangan : My bestfriend ! Tami Afganisme :)

Hai READERS :)
Kali ini gue mau posting PUISI karangan sahabat gue.
Gue sendiri sih gak bisa bikin puisi :p haha
Sahabat gue bernama MUAMILA TAMI ini lah yang jago banget buat puisi
Dan lebih mengharukan lagi, dia bikin puisi tentang gue :)
God, Makasih banget buat si Tami itu :)
Cekidot !


Lukisan putih dihatiku


Hampir sempurna seluruh rasaku
Bahkan mungkin telah lebih dari sebuah kata sempurna
Hingga sudah terjalin rasa yang semakin dalam
Yang tak mampu ku lepaskan meski kadang aku tepis

Tak mampu aku lewatkan sedetikpun hilang memikirkanmu
Tak luput pandanganku mencarimu walau itu semu
Tak jarang aku bernyanyi sesuai nada hati
Dan tak pernah aku rasakan gejolak rasa yang sebegitu hebatnya


Aku memang kuat, namun aku melemah
Aku coba tahan, tapi aku merapuh
Dirimu bagai candu hidupku yang mulai menyatu
Aku terkendali, tapi kadang pula menjadi jadi
Dirimu menghantui hingga kuluapkan seluruh emosi ini

Aku tenang
Untuk coba lupakan cerita kita yang begitu panjang
Aku menyanyi
Agar hidupku tak lagi sunyi walau kau tak lagi di sisi
Aku lari
Agar ku pergi sendiri tanpa bayangmu mengikuti
Aku tak mampu
Tak mampu berjuang melupakan setitik bayanganmu itu
Dan aku mampu
Mampu bertahan untuk hidup walau hanya dengan bayanganmu

Satu yang harus kau tau
Kau adalah segores lukisan putih dihatiku
Merubah semua yang dulu kelabu
Yang tumbuh menjadi cinta dalam hidupku
Yang membunuh seluruh rasa takutku
Dan membuatku takkan melepasmu


Waaah, aku sampe terharu bacanya
KEREN banget ! Jago bener dia kalo masalah sastra
Wuih, makasih tamii :)
You're my truly bestfriend