Kamis, 10 Februari 2011

Bab 2 - Yang Tak Terduga ^FF^

Untuk Almira Azmi Peverell, Aulia Fitriani atas candaan, teriakan semangat, dan dukungan yang tak ternilai :)


Aku terkejut ! Rupanya salah satu orang yang kutunggu tunggu datang dari dalam buku tersebut. Dia berdiri satu meter di hadapanku. Dia tersenyum kecil melihat aku yang masih kaget dan tidak mempercayai ini semua. Dia memakai jubah berwarna hitam - biru, jubah yang sama dengan milikku. Dia adalah Almira !

"Ayo fa, cepat kemasi barang barangmu, kita ke Hogwarts. Maaf, sebenernya yang njemput kamu itu si Yosafat, tapi berhubung Yosafatnya udah disuruh njemput Yohana, jadi aku deh yang njemput kamu" ucapnya ketika aku kebingungan
"Tapi, aku belum memecahkan petunjuknya kan?"
"Hey, aku udah njemput kamu, berarti kamu udah memecahkannya. Ingat kan kata kata feel your emotion ?"

Wujud cahaya keperakan tadi adalah Patronus ! Brilliant !
Dan tanpa disadari, aku telah memecahkan petunjuk tersebut.
Aku masih tidak mempercayai semua ini, perasaanku bercampur antara senang, bingung, kalut dll.

"Oh, ehm. Gitu ya ? Dimana anak anak lainnya ?"
"Mereka sedang berkumpul di bukit"
"Bukit ? Bukit mana maksudmu ?"
"Sudahlah, jangan banyak tanya, sekarang cepat kemasi seluruh perlengkapanmu, lalu kita sama sama pergi ke bukit itu. Jam berapa sekarang ? Ya ampun, ini jam 2.  Cepat kemasi ! Jam 4 nanti waktu terakhir masuk ke bukit !"

Almira pergi keluar menungguku bersiap siap.
Aku bahagia setengah mati walau masih kebingungan. Dalam sekejap, semua kekesalanku berubah menjadi angin lewat. Semua hal terasa indah sekarang. Aku mengganti seragam Muggle-ku dengan seragam Ravenclaw.
Aku mengambil koperku biru tuaku,  menata semua perlengkapan yang akan ku bawa.  Tak sampai 10 menit, aku siap untuk pulang kembali ke Hogwarts, aku mengambil tongkat sihirku dan meletakkannya di dalam jubah. Bloody hell ! Aku lupa akan satu hal . Aku mengambil bola kristal di meja belajarku dan menaruhnya di dalam koper bersama buku pelajaranku. Aku melangkah keluar menemui Almira.

"Ehm"
"Udah siap ?"
"Sekarang ikuti aku. Accio Firebolt !"

Almira memanggil sapu terbangnya, dalam waktu 5 detik, sapu terbangnya sudah berdiri di depan kami berdua.

"Nah, sekarang mana sapu terbangmu ?"

Aku mengeluarkan tongkat sihirku.
"Accio Nimbus 2001 !"
Sapu terbangkupun tiba di hadapanku.
"Maaf, lalu bagaimana dengan koperku ?"
"Oya, hampir lupa .. "
Almira memejamkan matanya dan tampaknya ia sedang memikirkan suatu.
"Expecto Patronum !"
Cahaya putih keperakan keluar dari ujung tongkatnya dan segera membentuk burung elang sama seperti kejadian 15 menit yang lalu.
Aku mengikutinya. Aku memejamkan mata dan memikirkan kenangan paling bahagia yang pernah ku rasakan. Kenangan ketika aku diberi bola kristal oleh anak anak Gryffindor
"Expecto Patronum !"
Keluar cahaya putih keperakan berbentuk lumba lumba dari ujung tongkat sihirku.

Patronus elangnya dan lumba lumbaku berdiri di sampingku, tepatnya di atas koperku. Mereka bersama sama mengangkat koperku dan membawanya ke udara.

"Waaw" aku takjub melihatnya.

Almira segera naik ke sapu terbangnya dan melayang sekitar 2 meter di atas tanah seraya berteriak "Ayo fa, buruan, cepat sedikit laah ! Prefek Edmund pasti ngomel kalo kamu lelet !! "

Oh ya benar. Si Prefek Edmund kan cerewetnya minta ampun, walaupun dia punya otak yang super duper encer. Ah sudahlah, aku memegang sapu terbangku dan menaikinya.

Wusss .. Almira terbang bersama sapunya, aku segera mengejarnya. Aku tak percaya bahwa aku sedang mengambang 5 meter dari atas tanah. Aku terbang ! Apalagi menggunakan sapu terbang. Aku agak kaku mengendalikan Nimbus 2001-ku, uh, ini pasti karena aku jarang menggunakannya. Ya, selama di dunia Muggle, alat transportasi yang selalu ku gunakan adalah sepeda motor. Aku mengomel sendiri, pikiranku melayang menuju aula tengah Hogwarts. Alhasil aku telah tertinggal jauh oleh Almira

"Almiraa ! Tunggu aku ! Firebolt-mu terlalu cepat !" teriakku.

Tampaknya dia tidak menggubrisku. Aku terus menunduk untuk mempercepat kecepatan sapuku. Aku menengok ke belakang, patronus ku dan milik Almira terbang membawa koperku, sepertinya mereka kesusahan membawanya. Bagaimana tidak ? Patronusku lumba lumba, hewan kalangan air. Sedangkan milik Almira yaitu elang, hewan kalangan udara. Cukup susah untuk di satukan, tapi ya begitulah :)
Aku bergidik ngeri tatkala aku melihat ke arah bawah, tetapi rasa ketakutanku hilang perlahan ketika aku menikmati keindahan alam dari atas langit. Hamparan hutan terbentang luas dengan warna hijau alaminya, sungai berliku liku di temani arus yang deras, air terjun bergemericik jatuh  menyisakan pemandangan yang sayang jika tidak di abadikan. Inilah negri Muggleku :)

Almira berteriak membuyarkan lamunanku "Aufaaa !! Ayo menukik !! Kita hampir sampai di bukitnya !"

Aku, Almira dan kedua patronus menukik mengikuti gerakan Almira. Dia menukik tajam, sungguh lincahnya dia dengan sapu terbangnya. Tak heran, dia terpilih jadi seeker di tim Ravenclaw kami. Lincah dan gesit. Tahun lalu, dia berhasil meraih Golden Snitch dalam pertandingan melawan Slytherin. Tapi untuk masalah menggebuk dan bludger, akulah jagoannya. Karena keahlianku dalam menggebuk itu, aku di angkat menjadi beater dalam tim Quidditch Ravenclaw bersama Kak Ivan.

Aku menyadari aku akan segera menginjakkan kakiku di bumi, menuju bukit yang Almira maksud.
"brukk !!"aku turun dari sapu terbangku.
Aku mengeluarkan tongkat sihirku dan mengarahkannya ke patronusku. Dalam sekejap, patronusku hilang masuk ke ujung tongkatku. Begitu juga Almira.
Aku menyeret koperku dan mengikuti langkah Almira, ku perhatikan lingkungan sekitarku. Lontrong kumuh yang sepi, aku heran mengapa aku turun di tempat seperti ini
"Almira, mengapa .. Ih , kita turun di tempat seperti ini ? Mana bukit yang kau maksud itu? Dimana kita ?" tanyaku sambil menyibakkan jubah Ravenclawku.
"Sudahlah, bukit itu tersembunyi, dan dilindungi oleh sihir Ka Satria. Terletak di suatu tempat yang tak pernah di perhatikan oleh Muggle" jawabnya.

Aku menurut saja, aku mengikuti langkahnya. Ia membawaku ke suatu keramaian kota setelah menyusuri lontrong kumuh tadi. Aku kebingungan dan tergesa gesa, sibuk menyeret koperku di tengah keramaian orang. Langkah Almira begitu cepat, ia mungkin tidak menyadari bahwa sedari tadi, kami berdua di tonton oleh orang orang yang melewati kami. Yaa !! Karena kami memakai jubah, sebuah pakaian yang mungkin jarang di temukan di dunia Muggle, lebih tepatnya tidak ada. Tentu saja, karena aku membelinya di toko Madam Malkin, Diagon Alley.
Aku terus mengikuti langkah Almira, sekarang kita menuju jalan yang agak sepi. Aku membaca papan yang tertera di atas lampu lalu lintas.
"P.A.L.E.M.B.A.N.G"
"PALEMBANG !!?? Almiraaa ! Berhenti ! Kenapa di Palembang ?! Tampar aku !!" jeritku kaget.
"Iya lah, kamu berharap dimana ? London ? Aufa sayang, perjalanan kita belum seberapa, kita masih di Indonesia, di Palembang, tau sendiri kan daerah rumah Ka Adel itu dimana ?"
"Bloody Hell, pantas saja ! Banyak penjual pempek, ternyata masih di Palembang ?! Lalu mana bukit apa itu eh ? Bukiiiiit, bukiiiit"
"Hahaha, jangan kau tunjukkan tampang polosmu itu fa, bukit menuju Hogwarts. Sudahlah, kau ikuti aku saja, jam berapa sekarang ini ?"
Aku melihat jam tanganku ..
"Pukul 15.35"
"Cepat ! Kata kak Adel, selambat lambatnya masuk ke bukit jam 4"

Almira panik, begitupun aku. Kami berlari secepat mungkin, koperku yang berat itu kini hanya seringan kapas, karena tenaga super panikku. Ia berbelok menuju arah kanan, menuju sebuah rumah tua yang terletak jauh dari keramaian jalan.
Rumah itu bertingkat dua, dengan halaman yang luas tapi tak terjaga dan sebuah gerbang hitam setinggi dua meter. Jalan setapak menuju pintu rumah tersebut banyak ditumbuhi lumut. Dedaunan yang gugur berserakan dimana mana, dan tampaknya sudah lama di tinggalkan oleh penghuninya. Rumah bercat putih kotor itu mewah, tetapi terkesan menyeramkan, di depannya terlihat dua buah pilar yang catnya mengelupas dimana mana. Sedangkan di sisi dekat gerbang terdapat banyak ilalang yang tingginya mencapai 1 meter. Sepertinya rumah tua ini memiliki kisah tragedi yang terkenal di Palembang, maka dari itu, tidak banyak orang yang mau lewat di daerah ini.
Bulu kudukku agak merinding, aku bertanya tanya dimanakah gerangan bukit tersebut ?
Akhirnya kami sampai di depan gerbang tersebut, aku menelan ludah.

"Kita sampai fa"
"Sampai apaan ? Ini rumah tua hey !!? Bukan bukit"
"Haha, rupanya kau belum mengerti, sebentar aku baca passwordnya , belalai jerapah ."

Gerbang itu terbuka lebar, aku masih bingung dan tidak mengerti, Almira mempersilahkan aku masuk ke dalam. Tapi aku enggan karena kakiku gemetar ketakutan. Akhirnya kami berdua masuk bersama sama.

Kami melangkah memasuki gerbang tersebut, aku memejamkan mataku, aku mengira sebentar lagi pasti hantu hantu Indonesia yang kononnya horor akan bersliweran di depan kami, tetapi apa yang akan terjadi sungguh di luar pikiranku, aku membuka mataku dan .. Sungguh tak terduga !!
Bukan hantu maupun rumah seram yang ku lihat. Tetapi sebuah bukit hijau yang terhampar luas di samping danau yang tenang. Bukan suasana menyeramkan yang ku rasakan, tetapi suasana kebahagiaan yang ku rasakan sekarang. Mataku berbinar binar, mulutku menganga seolah tidak percaya. Aku menengok ke belakang siapa tau masih ada gerbang tersebut, tetapi nihil. Yang ku lihat hanyalah hamparan rerumputan hijau yang terbentang luas, aku benar benar masih tidak percaya. Memang benar, ini sungguh bukit yang membuat hatiku damai, banyak pohon cemara berjejer dan sebuah danau yang berair jernih dan tenang. Sungguh pemandangan yang asri.

Aku berjalan bersama Almira, kulihat di seberang danau tersebut terdapat 4 tenda kecil berwarna merah, kuning, biru dan hijau. Warna tersebut melambangkan Gryffindor, Hufflepuff, Ravenclaw dan Slytherin. Aku melihat jubah berwarna merah, kuning, biru, hijau sibuk dengan yang mereka lakukan. Aku melihat si  jubah hijau dan merah sedang sibuk bermain hewan kecil berbulu pink keungu unguan layaknya boneka mungil. Aku melihat jubah merah sibuk bermain dengan kucingnya. Aku melihat jubah biru sedang makan ayam panggang barbeque yang asapnya sungguh menggoda. Aku melihat dua jubah merah duduk di tepi danau sambil membaca novel tebal. Dan yang paling membuat perutku mulas, satu jubah merah dan jubah hijau sedang berebutan ayam hingga ayam mereka terlempar jatuh mengenai muka si jubah biru yang sedang asyik melahap ayam panggangnya.

"Astaganaga, kalian berdua ! Daritadi makan ga pernah tenang, ayam gitu aja di rebutin. Yang di meja juga masih banyak, liat apa jadinya ! Muka setampan Tom Felton berubah menjadi mukanya Sule ! Puas kalian berdua eh ?" teriak si jubah biru.
"Eh, nanda ! Tuh kamu liat kan ! Ayamnya kena muka si Edmund, kamu sih gamau ngalah" bisik si jubah hijau, Ezra
"Eh, enak aja. Kamu kali yang gangguin aku makan, seenaknya sendiri rebut ayam orang" jawab nanda si jubah merah tak mau kalah.
"Hahaha, makanya nih kalian bertiga itu ya, jangan makaaaan mulu. Ini lagi si Edmund, ayam 5 di sikat semua, segede apa perutmu itu ?! Hahaha" tawa Kak Ivan.

Obrolan mereka berhenti ketika seseorang melihat kehadiranku.

"Itu Aufa, anak Ravenclaw tiba !! Hore horee ! Kak Aufa !" kata Aulia sambil berlari ke arahku.
Ia meninggalkan Putu yang sedang bermain dengan Pigmy Puffnya.

Aulia berlari menuju arahku dan menyalamiku, semua orang pun juga ikut menyalamiku, kak edmund, ezra, nanda, kak ivan pergi meninggalkan ayam mereka untuk menyalamiku, kak fifi  dan kak helen menutup novel mereka, ka ran membawa kucingnya dan berlari menghampiriku. Kini semua orang meninggalkan pekerjaan mereka dan berebut menyalamiku, Stefani, Ka Rhia, Ka Adel, Ka Satria, Ka Ikha, Ayuana, Ka Lheo,  Putu, Syahrun dan semuanya. Aku bahagia , kehadiranku di sambut oleh senyuman senyuman termanis dalam hidupku. Kurasa ini awal menuju Hogwarts yang luar biasa.
______________________________________________________________________________________________________


Aku melangkah menuju tenda kecil berwarna biru tersebut. Kukira tenda itu kecil, sempit, dan pengap, karena tenda itu telah diisi oleh anak Ravenclaw lainnya.
Tapi begitu aku masuk ke tenda tersebut, hawa sejuk menerpaku. Dalam tenda itu begitu luas, terdapat banyak kasur berjejer dan koper biru di sampingnya, sedangkan di bagian ujung belakang tenda terdapat kamar mandi. Kamar mandi tersebut tidak bau seperti di dunia Muggle. Hmm, mungkin sudah di mantrai ka Adel :)
Aku berjalan mencari kasur yang masih kosong. Namun, suara dari kubah tenda menghentikan langkahku. Suara itu suara Ka Satria yang akan memberi pengumuman tentang pemberangkatan ke Hogwarts

"Hey Ladies and Gentlemen, hey everyone ! Terlebih dahulu, saya minta maaf atas keterlambatan informasi ini. Kereta Hogwarts di peron 9 3/4 tidak bisa berangkat hari ini pukul 19.00 nanti, saya tidak tau alasannya mengapa. Tetapi info yang kudapat, Pemberangkatan kita ke Hogwarts tidak bisa menggunakan Hogwarts Express pada tahun ini, maka dari itu, saya selaku Ketua Murid, akan mempergunakan sapu terbang untuk pergi ke Hogwarts. Di peringatkan, tidak boleh menggunakan apparate, dissaparate, portkey, maupun bubuk Floo, semuanya menggunakan sapu terbang. Pemberangkatan di mulai besok pukul 8 pagi. Terimakasih"

Aku mendengar keluhan teman temanku. Tetapi aku tidak peduli, setidaknya aku mempunyai waktu istirahat terlebih dahulu untuk menenangkan saraf dan otakku.
Aku mencari tempat tidur yang masih kosong. Aku terus berjalan dan Yup !!
Akhirnya ketemu juga, sebuah kasur kecil ber-sprei biru yang terletak di antara kasur milik Yohana dan Ayuana. Aku meletakkan koperku di samping kasur dan membuka jubahku karena gerah. Aku akan menikmati separuh hari ini dengan kegiatan kegiatan yang mengasyikkan, sebelum waktu pemberangkatan tiba, dan sebelum menjalani hari hariku di Hogwarts nanti. ^^


To be continued …


0 komentar:

Posting Komentar