Senin, 28 Maret 2011

Bab 3 - Awal Sebuah Cerita ^FF^

Untuk anak anak RCRI dan Prefek Edmund Lestrange, atas kerja keras, semangat, kebijaksanaan, toleransi dan kegigihan sebagai prefek :)


Pukul 06.30 a.m

"Kamu bener naruhnya disitu ?"
"Kok bisa ilang fa?"
"Eh, fa.. Aku bener bener ga tau"
"Tenda ini udah kukasih mantra pelindung fa, ga mungkin ada yang bisa masuk tadi malam"

Ya, pagi ini anak anak heboh karenaku. Anak anak Gryffindor, Ravenclaw bahkan Slytherin mengerubungiku yang duduk lesu di atas kasur tenda Ravenclaw. Bagaimana tidak ? Bola kristal milikku hilang begitu saja.

"Aku taruh bola itu di dalam koper samping buku pelajaran. Sungguh .. Dan kalaupun tenda ini udah di kasih mantra, berarti bukan anak Gryffindor, Hufflepuff maupun Slytherin yang ngambil bola itu, tapi ga mungkin juga anak Ravenclaw yang nyuri. Mereka tidak akan setega itu" jawabku pasrah.
"Yasudahlah, kau ikhlaskan saja.. Saya janji akan bantu kamu untuk melacak pencurinya, sebaiknya kau berkemas kemas dulu, 1 1/2 jam lagi kita berangkat. Dan semuanya, BUBAR ! Kembali ke tenda asrama masing masing. Ravenclaw ! Kemasi barang barang kalian, setelah ini. Kita pergi ke samping danau untuk mempersiapkan sapu terbang kita. Paham ?" jelas ka edmund panjang lebar.
"Paham kakak prefek !"

Kini, semua anak pergi, sibuk dengan kegiatan masing masing. Aku kembali menata baju bajuku di dalam koper. Tragis, sungguh tragis ! Tak mungkin anak Ravenclaw berani mencuri benda teman mereka. Mereka tak bersalah, dan lagipula, apasih yang diincar dari sebuah bola kristal ?

"Aufa !" jerit prefek edmund.
"Apaan?"
"Kamu itu ! Duduk mulu, udahlah, lupakan bola kristal itu."
"Yaudah, biasa aja dong. Gausah pake teriak teriak segala, cerewet amat !"
"Eh, eh.. Kurang asem ni orang. Udah, ambil alih tugasku. Kamu sama anak Ravenclaw pergi ke samping danau, tolong siapkan sapu terbang. Aku dipanggil Ketua Murid sebentar, bye !"

Ka edmund pergi keluar meninggalkan tenda. Kini, saatnya aku yang memimpin
"Sonorus"
"Ravenclaw ! Kalian udah pada nata koper kan ?"
"Udah kakak prefek !"
"Bagus, kita ke pinggir danau sekarang ! Ikuti aku !"

Aku memimpin mereka ke luar tenda. Pandanganku ke sekeliling arah mencari tempat yang pas untuk menyiapkan sapu terbang.

"Nah itu dia ! Di bawah pohon cemara yang itu" tanganku mengarah ke arah kiri danau .
"Ikuti aku"

Aku dan anak Ravenclaw tiba di bawah pohon cemara di samping danau yang  jaraknya kurang lebih 8 meter dari 4 tenda kecil tersebut. Dari seberang danau aku melihat anak anak Hufflepuff sibuk dengan kegiatannya, tapi aku tidak melihat mereka menyiapkan sapu terbang, lalu apa yang mereka lakukan?
Padahal semua asrama sibuk menyiapkan sapu terbang, aneh? Aku terus memandang mereka, hingga seseorang menyentuh pundakku, Ulya.

"Kak Aufa!"
Aku terkejut.
"Iyaa" aku mengalihkan pandanganku ke ulya, tetapi mataku tak bisa lepas dari sekelompok jubah kuning tersebut.
"Kak, ayo kak.. Nanti keburu ka Edmund datang kesini" kali ini Yosafat berbicara.
"Bentar itu.."

"AUFA!!" jerit ka Edmund murka dari kejauhan, ia berjalan ke arah kami.
"Iyaaa.. Apaan sih ?" aku terkejut, kali ini aku tak berani menatap orang yang meneriakkan namaku.

Ka Edmund terus berlari menuju kami, ia murka. Dan ia berhenti tepat di depanku. Aku tak berani menatap mukanya, yang ku lihat hanyalah sepatu hitamnya menginjak rerumputan. Aku sedikit mengangkat kepalaku, tapi dengan segera ku tundukkan lagi kepalaku, semua anak Ravenclaw hanya diam mematung. Karena ia berkacak pinggang.

"Ngapain diem? .. Cepet panggil sapu kalian kecuali Aufa"
"Accio firebolt!"
"Accio Nimbus 2000!"
"Accio comet!"

Ku dengar mereka sibuk memanggil sapu terbang mereka.
Aku masih tertunduk, hingga …

"Eh, kok nunduk? Kenapa?" tanya ka Edmund.
Aku masih menutup rapat mulutku.
"Aku ga marah tau, tadi cuma bergurau, hahaha .. Kasian deh kamu, Edmund hebat, bisa buat seorang aufa nunduk, haha"
Aku mengangkat kepalaku dan menatapnya. Dia tertawa kecil
"Kamu !! Sama sekali ga lucu dan diam! Accio Nimbus 2001!"
"Yaa, maaf deh.. Hehe, oya.. Mau tau ga tadi aku dibilangin apa sama Adel, ketua murid?"
"Apaan?" jawabku tidak peduli sambil memandang langit menunggu sapuku.
"Accio Comet!! Tadi Adel bilang katanya perginya ga serempak"
"Maksudmu?"
"Iya, kita ke Hogwarts ga bareng, maksudnya di hitung waktunya. Setiap satu menit, 2 anak berangkat dulu, menit berikutnya 2 anak, seterusnya"
"Lho? Kalau anak yang gatau arahnya?"
"Sebelum mereka di berangkatkan, sapu mereka di beri mantra lebih dulu sama Adel, jadi ga bakal ada yang nyasar. Entah kenapa harus seperti itu, dan sialnya aku harus sama kamu"
"Apa? Nggak bisa, aku mau sama Monica!"
"Ih, malah bikin peraturan sendiri! Eh, prefek itu berangkatnya terakhiran tau, prefek itu harus bareng! Adel bilang sendiri tadi, aku juga ogah kali sama kamu, week!" ia menjulurkan lidahnya.
"Argh! Ga seru!"

Pandanganku kembali mengarah anak Hufflepuff, rupanya mereka belum beranjak dari seberang danau.
"Ka Edmund"
"Kenapa?"
"Itu mereka ngapain sih? Mereka lagi nggak nyiapin sapu terbang kan?"
"Jangan tanya aku, tanyalah pada rumput bergoyang"
"Aku tanya serius!"
"Haha, entah fa, mereka nggak mungkin lagi nyiapin sapu, setauku tadi sapu mereka udah ada di depan tenda, gerak gerik mereka aneh"
"Siapa prefeknya?"
"Iyan"
"Apa!?!?! Iyan? Dia prefek Hufflepuff??! Bukannya ka Rhia yang jadi prefek?"
"Rhia mengundurkan diri, jadi cuma Iyan prefek disana"
"Aneh"

1 detik kemudian..

"AWWW!!" aku terlempar 1 meter, begitupula ka Edmund, ia terlempar kurang lebih 2 meter dari arahku. Kepalaku pening, rupanya si sapu terbang telah mendarat, tetapi kami tidak menyadarinya, sapu terbang kami berhasil menimpuk kepala kami. Aku bangkit mengambil sapu terbangku, semua anak Ravenclaw menertawakan kami berdua, aku kesal dan menyuruhnya diam dan menjelaskan sistem pemberangkatan Hogwarts. Ka edmund pergi.

Anak anak Hufflepuff masih mencurigakan ketika ka Adel mengambil alih barisan Ravenclaw untuk memantrai sapu terbang. Aku sibuk memandang mereka sambil memegang sapuku. Ka edmund sibuk menata koper Ravenclaw depan tenda. Ku lihat anak anak Gryffindor pun sibuk memeriksa sapu mereka bersama ka Satria, anak anak Slytherin masih di dalam tenda, sapu mereka terpampang di depan tenda hijau kecil.

Setengah jam lagi, pemberangkatan dimulai
Setengah jam lagi, tidak ada yang bisa mengira
Setengah jam lagi, adalah awal sebuah cerita :)

***

Kini semuanya siap, jam tanganku tepat di jarum 8 dan 12. ini pukul 08.00
Satu persatu anak Gryffindor berangkat, Aulia dan Tarra, Stefani dan Ka Ran, ka Fifi dan ka Helen. Prefek mereka, ka Adel dan ka Satria yang juga ketua murid, sibuk mengatur pemberangkatan asrama mereka.
Anak Slytherin menyusul anak Gryffindor di atas awan, Putu dan Ezra, berbaris di sampingku dan ka Edmund.
Akhirnya asramaku memulai pemberangkatan, Ayuana dan Yosafat melejit menuju awan dan hilang di antara sekumpulan kapas putih dibawah kain biru langit :)
Almira dan ka Ivan menyusul, Monica dan Echi, Yohana dan ka Ikha, Hendri dan Ulya, etc…
Anak Hufflepuff tak mau kalah, tapi raut muka mereka aneh, mereka duduk di atas sapu seolah olah menyimpan suatu drama.

Semua anak telah di berangkatkan, kini tinggal ada ka Adel dan ka Satria, prefek Gryffindor, aku dan ka Edmund, prefek Ravenclaw, Putu dan Ezra, prefek Slytherin, dan Iyan sendirian, prefek Hufflepuff.

Ka Adel memerintahkan kita semua, untuk menghilangkan tenda asrama masing-masing.
Agar identitas penyihir tidak di ketahui oleh kaum Muggle.

"Gunakan mantra Reducto dan mantra Evanesco!" seru ka Satria

Semua prefek menghadap tenda masing masing.
Tatapanku menuju tenda kecil berwaran biru tua. Tanganku memegang tongkatku dengan erat.

"REDUCTO!!" tenda biru itu hancur menjadi serpihan kain yang tak lagi utuh.
Ka Edmund menghilangkan serpihan itu "EVANESCO!!"

Semua prefek melakukan hal yang sama.
Kini aku siap di atas sapuku. Putu dan Ezra hilang di atas awan, Iyan menyusul, kini giliran aku dan ka Edmund.
Aku menghentakkan kakiku dan .. WHUSSS !!
Aku kembali terbang untuk pulang kembali ke sekolah Hogwarts.
Angin kencang menerpa rambutku dan membuatnya berantakan, deru angin terdengar di telingaku.
Aku berada di samping kiri ka Edmund, 10 meter di belakangku ka Satria dan ka Adel tampak tertawa bercanda di atas sapu terbang mereka.

"Sial amat sih aku, harus sama orang se-garing ini, orang ginian mana bisa di ajak bercanda? Ga seru banget! Andaikan aku sama Monica pasti udah kemasukan angin gara gara ketawa mulu, nah yang satu ini?? Serius amat terbangnya, bercanda napa? Gatau apa kalo diem mulu bikin mules, takut nih lama lama kalo terbang!! Ka Edmund ga seru, nyebelin!!!!" batinku.

"Ngapain loe heh?? Ngomongin gue?"
Sial, rupanya dia membaca pikiranku.
"Alaah, gue loe gue loe! Sapa loe sapa gue? Garing!"
"Udah loe, diem! Loe pengin bercanda sama gue kan? Haha, gue gitu. Bikin greget :P"
Aku menatapnya tajam
"Gausah gue loe-an, sama kamu kagak seru tau nggak!"
Aku menambah kecepatanku dan meninggalkan dia yang masih cekikikan.
"Eh, aufa!! Tungguin dong! Kamu cemberut mulu daritadi, kalo mau ngobrol yaudah sana ngobrol tapi jangan tinggalin aku dong, kalo aku jatuh dari sapu sapa lagi yang mau nolongin?" ia mengejarku
"Kamu garing sih! Kalo mau jatuh yaa silahkan, aku nggak ngelarang kok, dan aku juga nggak mau nolongin! Makanya jangan jayus nih!"
"Yaudah sorry, makanya kamu jadi cewe jangan cemberut-an, aku males ngomong, kalo kamu mau ngobrol sama aku, yaudah sana cari topik aku pasti nimbrung, dan kalo….."
"AAAAAAA" aku menjerit dan menabrak ka Edmund di sebelah kananku.
Rupanya ka Adel dan ka Satria terbang melejit meninggalkan kami berdua. Ka Satria menabrakku keras. Aku sempat melihat mimik ka Adel yang begitu panik. Aku ketakutan.

"Mereka kenapa?" tanyaku
"Pasti ada sesuatu didepan"
"Perasaanku nggak enak, dari awal kelakuan Hufflepuff selalu mencurigakan, apa yang tengah mereka mainkan?"
"Aku juga, coba ingat.. Bola kristalmu hilang dan saat itu sikap anak Hufflepuff seolah tidak peduli dengan kejadian itu. Lalu, kelakuan Hufflepuff di sebrang danau. Pemunduran prefek Rhia, dan.."
"IYAN!!!" seruku berbarengan dengan ka Edmund
Aku dan ka Edmund terbang menyusul ka Adel dan ka Satria, kecepatan kita tak terkendali. Ia mengajakku berbicara.

"Pasti ini semua drama Iyan, aku yakin, anak itu sedang berakting. Apa perlu kita laporkan ke Adel? Tapi, dia takkan mempercayai kita"
"Jangan !!Kita tunggu saja nantinya. Yang penting, kita awasi gerak geriknya dan.. AAAAA!!"aku menjerit kembali, lengan kiriku berdarah oleh gigitan.
"Aufa, AWAS, WINGARDIUM LEVIOSA!!"
Aku mendekat ke arah ka Edmund, ia menerbangkan Dugbog yang mengigit lenganku.
Dugbog itu terhempas jatuh menuju tanah bermil mil di bawah langit.

"Sial, siapa yang memantrai Dugbog !!!??" ka Edmund marah
"Sudah kuduga, pasti ulah Iyan !!Ini pasti ada hubungannya dengan tingkah mereka di sebrang danau, mereka pasti sedang mencari Dugbog dan memantrainya"
"Bloody brillant!! Analisa yang hebat!"
"Pasti masih banyak Dugbog lain, jadi apa yang harus kita lakukan?"
"Kita musnahkan semua Dugbog sebelum mereka mencelakai anak lainnya"

Aku mengambil tongkat sihirku, dan bersiap siap jika ada Dugbog Dugbog lainnya.
Darahku terus keluar, ka Edmund rupanya memperhatikan tanganku.
"Brackium Emendo!! Kau tak butuh Madam Pomfrey lagi :)"
"Makasih kak :) . Dugbog lagi !! ORBIS !!"
Dugbog-dugbog lainnya berdatangan. Terkaan kami benar,
"WINGARDIUM LEVIOSA!!"
"ORBIS!!"
"FLIPENDO!!"
"ORBIS!!!"

"Dugbog-nya terus berdatangan!! ORBIS!!" seru ka Edmund.
"Kita hilangkan diri kita dan jebak Dugbog-nya!"
"Brilliant!"
"PROTEGO !!!!" tongkat sihirku mengarah ke depan, mungkin kita berdua tertinggal jauh oleh anak anak lainnya.

Tongkat sihir ka Edmund mengarah ke diriku, Dugbog lainnya terus berdatangan dari arah berbeda dengan ganas.

"Arahkan tongkatmu ke aku, segera!!"
"OK!! 1,2,3"
"BEDAZZLING HEX!!"

Aku dan ka Edmund menjadi tak terlihat, kini Dugbog Dugbog itu tidak bisa melihat kita, aku masih bisa melihat ka Edmund begitupula ia. Tampaknya, Dugbog itu kebingungan. Mereka terbang menjauh dan turun dari awan.

"Sebaiknya kita terus menggunakan mantra ini, sial rupanya Iyan itu!!"
"Sudahlah, kita pasti tertinggal berkilometer dari anak lainnya"
"Kita kejar mereka!!"

Kami, dua jubah biru dengan lencana Prefek, kembali melanjutkan perjalanan, rambutku kembali berantakan, kami tak mengucapkan apa apa sampai tiba di Hogwarts, pikiran kami kalut dan melayang layang entah kemana, yang pasti kami berusaha melupakan Dugbog tersebut.
Kecepatan kami tak terkira, kami berhasil menemukan ka Adel dan ka Satria, mereka berdua jauh meninggalkan kami, tapi kami masih tidak terlihat. Jadi, kami terus melayang bermil mil di atas tanah, terus melayang hingga Hogwarts ada di pandangan kami.

Drama akan segera di peragakan, dimana sebuah rahasia yang tak terduga akan terpecahkan seiring petualangan petualangan tak terbayangkan.
Aku, seorang prefek Ravenclaw bersama ka Edmund akan menjadi sahabat yang menguak drama tersebut.

Kami memang bukan siapa-siapa, tapi kami tahu segalanya.

PLAY WILL PLAY !!
(Drama akan dimainkan!!)

To be continued..

0 komentar:

Posting Komentar