Kamis, 30 April 2015

Rinduku Pulang

POV 1

Bulir hujan merayap pelan membasahi permukaan kaca jendela. Aku melepaskan kacamata, menyeka kedua  mataku. Lelah. Pikiranku menguar, mataku menjamah tiap petak petak hamparan sawah dibalik suara hujan yang kian menderu.
"Ada yang perlu diselesaikan" batinku. Jemariku sibuk menari diatas layar ponsel,
merangkai huruf demi huruf, membentuk kata, dan akhirnya memoriku jatuh dalam satu sosok yang seharusnya kini ku lupakan.
Karena jauh di kampus selatan sana, rinduku akan pulang.



----

POV 2

Aku tahu dia akan datang senja ini. Dibalik seribu kesibukan yang ia celotehkan, aku tahu satu satunya alasan adalah memulangkan rindunya. Mungkin lebih tepatnya, untukku. Aku begitu buta, hingga mengabaikan dering yang sedari tadi menjerit. Tidak, aku tidak bodoh. Sebenarnya semua terlihat jelas, baik darinya maupun dariku. Aku hanya terlalu egois dan buta untuk menyadari semua, dan sekejap bak debu yang dihantam air. Semuanya hilang.
Aku gelisah, seirama dengan dering yang kini kian menjadi. Satu detik kemudian, tanganku meraih ponsel dan percakapan ringan dimulai. Sepuluh detik kemudian, aku mengerti apa yang harus kulakukan. Tanpa harus menunggu lagi, pertanyaan itu akan tepat terjawabkan.

Aku, menjemput rinduku.

------
POV 1

Stasiun Tugu masih sama, dengan pilar pilar yang semakin rapuh dan pagar yang kian menguning dimakan usia. Lembayung senja memenuhi cakrawala langit Yogyakarta. Lalu lalang, kerumunan orang, dan hingar bingar memenuhi atmosfer stasiun. Aku menginjakkan kakiku, melangkah melewati hiruk pikuk suasana kota. Mataku menjelajah mencari siluet sosok yang sedari tadi berkecamuk dalam cerebellumku. Gila. Memang gila. Jantungku bergemuruh hebat, mengalahkan irama isi perut yang tidak diberi asupan gizi oleh pemiliknya. Sebegitu hebatnya dirimu kah hingga membuatku lupa bahwa aku belum menyentuh apa apa?

----
POV 2

Dia datang. Masih sama dengan posturnya yang jenjang, bingkai kacamata yang selalu menghiasi wajahnya, dan rambut ikalnya yang selalu terurai. Aku diam terpaku, mengamati matanya yang sibuk mencari. Lalu berhenti di satu titik. Tepat lurus di arah bola mataku.

Aku diam.
Diapun diam.
Kami saling terpaku dalam diam.
Satu detik kemudian, sudut bibirnya tertarik dan mengukirkan senyum yang kukira hilang.

Pukul 19.45, Stasiun Tugu kota Yogyakarta, rinduku pulang.

0 komentar:

Posting Komentar